Galau
dan bahagia memiliki perbedaan tipis yang sulit sekali tuk dibedakan
apalagi yang menaunginya adalah orang-orang yang pandai malih rupa dan
tingkah. Tidak sedikit kita temui orang yang berkata pusing tapi
bibirnya tersenyum atau sebaliknya ia berkata senang namun wajahnya
berduka.
Ada juga orang yang rajin update status gambarkan keteguhan jiwa sembari mengajak tuk tabah tapi hatinya sendiri gundah-gulana, (mungkin saja jalan itu dipilih sebagai proses memantapkan hati dan beramal jariyah :)
).
Galau dan bahagia memang susah dinilai namun dapat dirasakan tidak mesti melalui bahasa verbal namun bisa juga dengan pola aksara.
Mungkin kalau melihat judulnya sih, saya termasuk orang yang pesimis atau jangan-jangan sedang galau juga hahaha (terserah.... sekarang era bebas berpendapat :) ), karena mendahulukan kata "Galau" ketimbang "Bahagia". Yang jelas saya memiliki alasan tersendiri karena mengambil sudut pandang akan rasio mengungkapkan rasa kegalauan lebih mudah daripada kebahagiaan.
Kalau tidak percaya, coba saja kita bertanya pada seseorang "Apakah yang membuatmu galau?" dengan tanpa ada komando ia akan langsung menjawab dengan rentetan jawaban (gkgkgk....peluru kale... rentetan) yang begitu banyak dan bahkan terurut abjad.
Tapi situasi ini berbanding terbalik saat kita bertanya "apa yang membuatmu bahagia?", kalaupun ia menjawab, ia pasti membutuhkan sedikit waktu tuk berpikir dan merenung yang ujung-ujungnya malah balik bertanya "Hhhmm...Apa ya...?" atau "Hhmm... bingung juga ya...hehe".
Begitulah kebanyakan orang-orang disekeliling kita yang selalu risau akan ketidakadaan dan kesulitan namun lupa untuk bersyukur dengan apa yang telah dimiliki dan kemudahan. :)
Ada juga orang yang rajin update status gambarkan keteguhan jiwa sembari mengajak tuk tabah tapi hatinya sendiri gundah-gulana, (mungkin saja jalan itu dipilih sebagai proses memantapkan hati dan beramal jariyah :)
Galau dan bahagia memang susah dinilai namun dapat dirasakan tidak mesti melalui bahasa verbal namun bisa juga dengan pola aksara.
Mungkin kalau melihat judulnya sih, saya termasuk orang yang pesimis atau jangan-jangan sedang galau juga hahaha (terserah.... sekarang era bebas berpendapat :) ), karena mendahulukan kata "Galau" ketimbang "Bahagia". Yang jelas saya memiliki alasan tersendiri karena mengambil sudut pandang akan rasio mengungkapkan rasa kegalauan lebih mudah daripada kebahagiaan.
Kalau tidak percaya, coba saja kita bertanya pada seseorang "Apakah yang membuatmu galau?" dengan tanpa ada komando ia akan langsung menjawab dengan rentetan jawaban (gkgkgk....peluru kale... rentetan) yang begitu banyak dan bahkan terurut abjad.
Tapi situasi ini berbanding terbalik saat kita bertanya "apa yang membuatmu bahagia?", kalaupun ia menjawab, ia pasti membutuhkan sedikit waktu tuk berpikir dan merenung yang ujung-ujungnya malah balik bertanya "Hhhmm...Apa ya...?" atau "Hhmm... bingung juga ya...hehe".
Begitulah kebanyakan orang-orang disekeliling kita yang selalu risau akan ketidakadaan dan kesulitan namun lupa untuk bersyukur dengan apa yang telah dimiliki dan kemudahan. :)
Komentar
Posting Komentar