Hoax |
Suatu ketika saya mendengar perbincangan beberapa anak didik
saat membaca salah satu berita online. Karena penasaran, saya sempat melihat
berita apa yang mereka baca, Hhmmm.... ternyata HOAX, akhirnya saya jelaskan
maksud dan tujuan Hoax.
Menurut Wikipedia, Hoax adalah usaha untuk menipu atau
mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta
berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut adalah palsu.
Di era serba digital sekarang ini memang banyak beredar
Hoax, Spam dan lain sebagainya. Untuk itu, kita selaku user harus lebih berhati-hati
dengan jangan terlalu cepat mempercayai suatu pemberitaan apalagi yang menjadi Tranding
Topic.
Media penyebaran Hoax biasanya lebih banyak menyebar di
jejaring sosial (FB, Twitter, Whatsapp, BBM, Line, dll) karena tujuan dari
pembuatnya yaitu mencari sebanyak-banyaknya orang yang menjadi korban.
Hoax bisa berupa tulisan/pemberitaan, video/film dan foto/gambar.
Masih ingat dengan penyebaran video cahaya putih di atas Ka’bah atau ada
bayangan putih diantara jamaah shalat di Masjid Haram yang keduanya disebut
sebagai malaikat selain itu ada juga video siksa kubur dan lain sebagainya. Video
ini sempat menarik simpati dan perhatian kaum Netizen yang didominasi kaum
pelajar. Dengan kemajuan teknologi setiap orang dengan mudah membuat atau
mengedit video/gambar sehingga terkesan keasliannya.
Dalam bentuk gambar, Hoax biasanya menyampaikan tentang
kemunculan hewan aneh/purba, penampakan hantu, testimoni menyesatkan,
pembantaian, pornografi, penyesatan agama, kutukan ibu, penemuan tulang raksasa dan lain-lain.
Hoax sudah lama tercipta, pada tahun 90an tentu kita masih
ingat dengan selebaran yang berisikan ajakan untuk bertobat, selebaran ini
bagus tetapi ia mencatut nama penjaga makan nabi dan barang siapa yang tidak mengcopy
dan menyebarkannya maka akan mendapat musibah. Selebaran ini bertujuan untuk
menyimpangkan akidah dan condong ke syirik.
Cara termudah mengindikasi suatu pemberitaan adalah sebuah Hoax
bisa dilihat dari bahasa yang digunakan penuh dengan provokatif atau memicu
emosi (HATI-HATI, BERITA PENTING, WAJIB BACA, BAHAYA, DARURAT, TOLONG SEBARKAN,
dll).
Kasus tersebarnya Hoax ini sendiri karena pembaca tidak bisa
membedakan mana berita yang benar dan salah, sehingga tanpa ragu plus pengen disebut
sebagai pemerhati kaum tertindas, ia langsung mensharingnya melalui akun sosial.
Lalu bagaimana cara mengatasi penyebaran Hoax?
Salah satu trik sederhana yaitu dengan tidak mengaktifkan
siapapun yang bisa menandai atau menulis di wall/kronologi akun kita apalagi
sekarang banyak beredar penandaan ajakan untuk menginvite PIN BB bergambar
wanita seksi J. Dengan
begini, kita tidak perlu repot-repot menghabiskan energi untuk menghapus
apalagi mencaci “Hoi Gilo, jangan ngetag aku dengan foto-foto cakni”.
Langkah selanjutnya yaitu dengan berlaku arif saat
membaca/menonton suatu berita, tabayyunlah, jangan terburu-buru membenarkan dan
langsung menyebarkan. Apalagi sekarang situs-situs media online juga senang
merilis berita ambigu dan menyuruh kita untuk berimajinasi bebas.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksa-lah (kebenarannya) dengan teliti, agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS.
Al-Hujurat: 6).
_______________________
Untuk anak didik dan mahasiswaku, dewasalah dalam berteknologi :).
Komentar
Posting Komentar