Langsung ke konten utama

KANJENG, AKAL DAN HATI


Karismatik dan alibi peretas videotron sepertinya tidak mampu menggeser rate topik nasional kasus yang menerpa Kanjeng Dimas Taat Pribadi (Desa Wakal Kec. Gading Kab. Probolinggo).

Kasus penipuan dengan maksud menggandakan uang berkedok padepokan, jelas menggetarkan tanah persilatan. Mulai dari banyaknya pengikut (ribuan) yang mempercayai kalau sang Kanjeng mampu mencetak uang layaknya sebuah bank sampai link-link terbangun kepada tokoh dan elit nasional.

Sebelumnya, padepokan Brajamusti juga menghiasi layar tv dengan topologi korban yang hampir sama, rakyat biasa, artis, elit politik dan publik figur yang secara tak langsung menyibak tabir tipikal rakyat dari jelata sampai Petahana yang masih menganggap kekuatan uang (the power of money) adalah satu-satunya solusi menggapai keinginan.

Wajar saja banyak pejabat dan para intelektual terjerembab dalam kasus penyalahgunaan uang demi kepentingan pribadi, keluarga dan kelompoknya (korupsi).

Tentu kita tidak bisa mengambil satu angle saja dalam menilai kejadian yang terus berulang ini, perlu juga ada kajian dari sudut pandang pragmatis realitas sosial, budaya, politik dan ekonomi bangsa.

Fenomena Kanjeng Dimas dan Brajamusti bisa menjadi gambaran konkrit sosial masyarakat yang masih memegang teguh budaya instan. Budaya ingin cepat kaya tanpa susah payah, pengen cepat terkenal tanpa prestasi, ingin cepat naik jabatan tanpa kerja keras dan lain sebagainya.

Lalu mengapa sampai ada golongan intelektual dan para cendikia bertengger dalam barisan “korban”.
Azyumardi Azra, Guru Besar Fak. Adab dan Humaniora UIN Jakarta menuturkan fenomena tersebut terjadi karena adanya disorientasi dan dislokasi sehingga mengakibatkan krisis kepribadian, obsesi politik, kekuasaan dan jabatan serta kerakusan harta dan uang selain kesulitan finansial karena terlilit hutang dan sebagainya (Kompas, 06/10/2016).

Sesuai dengan kodratnya, manusia selalu mencari cara untuk mengembangkan dirinya termasuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan. Dalam ajaran Islam sendiripun mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu pengetahuan sebagai wahana dalam membangun peradaban bahkan sampai pasca kehidupan, “mencari ilmu itu adalah wajib bagi muslim laki-laki maupun muslim perempuan”, HR. Ibnu Abdil Barr.

Otak manusia diciptakan Allah swt ibarat harddisk super yang dapat menampung jutaan-milyaran data (ilmu pengetahuan/wawasan) sepanjang hayatnya dan biasanya jika seseorang karena tingkat kemampuan ilmu pengetahuan dan wawasannya dianggap lebih tinggi dari yang lain maka dikategorikan sebagai kaum intelektual dan menjadi magnet bagi yang lain, bahkan dijadikan kiblat dalam melangkah kaum dibawahnya.
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”, QS. Al-Mujadallah 11.

Akan tetapi tingginya ilmu pengetahuan dan luasnya wawasan akan menjadi bumerang (fitnah)bagi dirinya sendiri dan mencelakakan orang-orang disekitarnya jika dalam kehidupan ia aplikasikan dengan hanya menggunakan akal pikiran tanpa sedikitpun keterlibatan hati (tempat bernaungnya iman).

Disfungsi hati ini lah yang menjadikan para intelegensi masuk dalam pusaran ilusi janji-janji para penipu dibalik jubah nan suci dan disfungsi hati juga lah yang membuat para korban masih bertahan walau sang “Kanjeng” sudah ditahan :(, wallahua'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Togel dari Kacamata Probabilitas

Sudah tak asing lagi telinga ini mendengar percakapan orang-orang di sekaliling membahas judi angka (Togel), lama-lama aku jadi penasaran dan akhirnya memberanikan diri tuk bertanya cara atau aturan main serta berapa hadiah yang didapatkan. Tanpa ragu bahkan semangat 45 (heheh kin terlalu lebay kosakatanya) teman tadi panjang lebar menjelaskan. "Kita tinggal memasang 2, 3, atau 4 angka, jadi misalnyo keluar 2 angko, kito dapat hadiah duit Rp. 60.000,- dipotong pajak" masih juga belum jelas, akupun bertanya lagi, "pernah dak yang keluar tu angko dobel", lalu dijawabnya "biso bae, malah kadang angko minggu kemaren biso keluar lagi". Alhamdlh setelah mendengar jawaban tadi aku mulai sedikit banyak dapat data (deret angka 0 - 9, dicari kemungkinan muncul pasangan 2, 3 dan 4 angka dan boleh berulang. 2 angko dapat 60.000). Selama perjalan pulang, aku teringat dengan pelajaran waktu SMA dulu tentang bab peluang walau saat itu saya termasuk

Benarkah Logika Tanpa Logistik Akhirnya Pasti Anarkis?

Istilah mirip-mirip di atas sepertinya lumrah kita dengar, entah sebagai ungkapan yang menggambarkan kekecewaaan karena tertolaknya anggaran atau ketika terjadi stagnan karena dipengaruhi kecemburuan social. Mari kita urut satu persatu   smile emotikon . Kalau menurut Wikipedia, logika berasal dari bahaya Yunani (Logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam Bahasa. Tapi biar lebih seru bisa kita modifikasi dikit deh  smile emotikon , logika adakah hasil pikiran yang digambarkan pada kata dan perbuatan. Terus gimana dengan logistik?, logistik bisa kita artikan dengan materi seperti dana, fasilitas, infrastruktur, dan lain sebagainya tidak terkecuali unsur-unsur immaterial lainnya. Terakhir anarkis, kalau kata ini sih pasti lancar dan fasih diucapkan oleh pejabat dan penegak hukum. Anarkis bisa kita artikan sebagai perbuatan tanpa dipimpin dan terpimpin yang berdampak negatif dan bersinggungan dengan norma serta tata atur

Jodoh

Suatu pagi, datanglah salah satu sahabatku yang menceritakan perjalanan jodohnya, walau ia bercerita sambil tersenyum dan sesekali tertawa, namun terlihat jelas rasa risau dan kegalauannya. Sahabatku, Jan gan berputus asa dan Nyakinlah akan ketetapanNya . "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir" (Ar Rum 21). dan, semoga syair lagu ini bisa sedikit mengobati rasa galau dan menjadi stimulan dalam pencarian : Bunga tidak sekuntum di dalam taman Kumbang tidak seekor yang akan datang Dunia tidak sebesar telapak tangan Janganlah kau risau tak dapat pasangan Angin segar bertiup pagi dan petang Jodoh pasti bertemu setiap insan Tak usah kau bersedih, kesal dan bimbang Pasti suatu hari jodoh akan dat