Malam itu setelah makan, dgn lugu nya si Adek berkata "Untunglah ya jadi anggota keluarga ini, bukan keluarga orang lain"
Dengan sedikit kaget aku tanya apa maksud nya berkata begitu
"Ibu nya si A (teman main nya) suka marah2, kalau manggil teriak2, suka mukul" Katanya lagi.
Dengan masih takjub karena tidak menyangka anak usia 5 th bisa ngomong seperti itu, ku dengarkan lagi perkataan si Ayuk.
"Iya mi, kemarin aja pas kami main di lapangan ibu nya teriak2 sampe kdengaran kemana2, itu kan buat orang jadi malu, merendahkan harga diri anak"
What? Harga diri? Darimana si Ayuk belajar kata itu...
Dengan tak bisa menahan senyum
Aku mencoba menimpali
"Itu karena anak nya nakal kali, gak nurut jadi ibu nya marah, atau mungkin ibu nya lagi kecapekan"
Aku mencoba menimpali
"Itu karena anak nya nakal kali, gak nurut jadi ibu nya marah, atau mungkin ibu nya lagi kecapekan"
Mereka berdua terdiam, entah karena setuju atau entahlah, mereka tidak bertanya lebih lanjut.
Obrolan singkat malam itu membuat ku sadar akan satu hal, bahwa ternyata anak merekam dengan baik kejadian demi kejadian dalam hidup nya. Pantas saja anak yang dibesarkan dalam kekerasan, tekanan dan kemarahan cenderung melahirkan anak yg berkepribadian kurang lebih sama dengan orang tua nya.
Orang tua seakan berfikir kalau membentak anak adalah suatu hak tanpa menyadari kalau dihargai adalah juga hak anak.
Betapa mudahnya orang tua mengeluarkan caci maki pada anak nya hanya karena hal-hal sepele, terlalu banyak main, terlambat pulang atau nilai sekolah yg tidak sesuai harapan.
Kata-kata si Ayuk sepertinya ada benarnya, anak juga memiliki harga diri, dia akan malu dengan teman2 nya, minder, merasa tidak dihargai.
Bukan artinya orang tua tidak boleh marah ya, hanya saja ada "cara" nya. Memanggil anak kemudian memarahi dalam rumah cukup bijak untuk dilakukan, tentu saja dengan kemarahan yang wajar dan mendidik. biarkan hanya kita dan dia yang tahu...
Kita biasa melakukan ini dalam pergaulan sehari-hari bukan? Menegur seseorang tidak di depan orang lain.
Lalu mengapa kita sulit menerapkan pada anak sendiri? yang kelak akan menjadi "diri kita" di masa depan
Sebagai pengingat pribadi
Indralaya di suatu sore yang cerah
Komentar
Posting Komentar