Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Menikah adalah proses belajar atau belajar beproses?

Malam itu, aku katakan pada nya... Kita tak pernah cukup bekal untuk memulai rumah tangga ini Kau orang biasa, aku pun sama. Kita, 2 insan yang disatukan bukan dasar cinta semata. Kita hanyalah 2 orang buta yang mencoba meraba2 bentuk sakinah Menyelam dalam samudera mencari mawaddah Berharap rahmah Nya senantiasa menaungi walau menyadari siapalah kita. Sungguh, kalaulah bahagia itu diukur dari materi Betapa banyaknya keluaga miskin yang berpisah Bila diukur dari keluasan ilmu agama Alangkah banyak orang2 amniah seperti Kita yang gagal mempertahankan rumah tangga. Tapi Kita masih bersama, bertahan dengan segala ke "biasa" an kita. Terima kasih, telah bertahan dengan segala kekurangan ku selama ini... Hanya untaian do'a yang bisa aku munajat kan di hari berkurang nya usia mu... Semoga Allah menjaga mu dalam perjalanan singkat ini dan senantiasa membimbing mu dalam keistiqomahan. Ferry Heryadi

The Power of 10.000

Sore itu, si Ayuk cerita kalau hari itu di sekolah dia tidak makan katering seperti biasa. Cerita nya berawal dari si A (temannya) bera ntem dengan si B Karena rebutan duit 10.000 yang ditemukan di bawah meja di kelas. Si A nangis, karena duit itu untuk bayar katering makan siang. Si B juga tidak mau mengalah, Dan merasa kalau itu duit nya. Di tengah pertengkaran itu si Ayuk memberikan duit katering 10.000 nya tuk si A. "Kasihan mi, dia nangis..." "Jadi, ayuk gak makan?" tanya ku " Gak" jawab nya " Teman ayuk, si A tadi, makan?" Tanya ku lagi Si Ayuk mengangguk... Melihat ummi nya nampak heran si Ayuk berujar "Gak apa2 umi...si A kan teman baik aku, rumah nya juga lebih jauh, lagian ayuk gak terlalu laper" Aku tersenyum kecil, bukan masalah si Ayuk makan atau tidak, hanya tidak menyangka Si Ayuk sebegitu baik nya. Hal yang mungkin jarang terpikir oleh kita, rela memberikan sesuatu yang sebenarnya Kita juga butuh. Si Ayuk bisa saja diam

Kehidupan Akan Menemukan Sendiri Jalannya

Foto bersama Konsul AS untuk wilayah Sumatra Guy Margalith Ketika mereka mulai bingung mencari universitas mana tujuan akhir sekolah. Lagi-lagi sejarah kembali berulang, diwaktu yang berbeda namun momen hampir sama. Segelintir anak-anak didik dengan sedikit gugup menghampiri disela duduk manis tak tentu arah kerja. Pertanyaan yang sama kembali terdengar, mungkin langkah penting ini begitu sakrar sampai-sampai membuat mati kutu J . Keadaan sedikit berbalik, ketika mereka masih duduk di bangku  kelas X ataupun XI, obrolan mungkin tak jauh dari life style dan cowok. Namun memasuki tahun ketiga, bayangan kehidupan pasca usia SMA mulai mengusik jiwa-jiwa lugu ini. Hhmm… karena pertanyaan sama terpaksa saya kembali buka kitab-kitab usang. Sederet bait intinya saja ku sampaikan, bahwa tak perlu bingung akan masa yang akan datang. Memang langkah kecil hari ini tentukan apa corak esok hari namun untuk kasus ini jangan terlalu di dramatisir karena bisa saja akan membuyarkan k

Ustad Abdul Somad dan Keikhlasannya

Tak disangka akhirnya bisa melihat, mendengar dan merasakan kehadiran penceramah kondang ustad. Abdul Somad. Ulama yang cukup viral dan semakin trending topic disaat jelang pilpres 2019. Cukup lama memperhatikan, apa yang membuat ustad satu ini begitu terkenal di dalam maupun luar negeri. Sangkin tersohornya malah ada beberapa tempat yang memutuskan untuk menolak kehadiran beliau, hhmm… mungkin ada segelintir orang yang merasa terusik dengan materi ceramahnya yang polos, menggigit dan apa adanya. Tabligh akbar di pesantren Al-Ittifaqiah bersama ustad yang biasa disapa dengan UAS ini menjadikan momen langka yang tidak saya sia-siakan. Jauh beberapa hari sebelumnya, sesekali saya buka artikel yang membahas UAS dan tonton beberapa video ceramahnya. Kesempatan berjumpa ini secara tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terbangun selama ini. Walaupun bertugas sebagai salah satu kepanitiaan, tetapi demi menjawab rasa penasaran, saya paksakan untuk memperhatikan mula

Simpang Timbangan, Saksi Meraih Cita

Part 2 Masih ingatkah sobat, masjid Al Hijrah yang dulu sering kita datangi untuk sholat Tarawih?Kondisi sekarang sudah jauh lebih baik, lebih megah, lebih cerah dan bertingkat. Tapi sepertinya tidak lebih ramai daripada dulu. Ada lagi satu bangunan yang dulu sangat lekat dengan Simpang Timbangan. "Rumah Makan Buana". Tempat pemberhentian saya dari mudik, sebut saja " stop Timbangan mang"... dan sopir pun akan menghentikan mobil nya tepat di depan rumah makan ini. Rumah makan dulu tidak semenjamur sekarang. Seingat saya, Buana adalah rumah makan terbesar di Timbangan kala itu. Rumah makan yang tentu saja tak terjamah oleh kantong mahasiswa, kecuali saat sahabat kami Vamos Angie, datang menginap, berkali-kali kami ditraktir makan di sana... Thanks sist... 🥰 Rumah makan Buana kini sudah tinggal kenangan. Bangunan nya masih ada tapi sudah tidak berfungsi. Tidak jauh dari rumah makan Buana, persisnya di sebelah kanan, ada sebuah toko kelontong yang sering

Simpang Timbangan, Tempat Penuh kenangan

Part 1 Melihat suasana timbangan sekarang tampak tak jauh berbeda dari 13-15 tahun yang lalu saat aku pernah menjadi bagian dari nya. x Hutan kecil di ditengah2 jalan tampak masih sama, Timbangan sekarang tampak lengang, entah kenapa? Lebih ramai saat kami kuliah dulu, tampak nya mahasiswa sekarang tak terlalu suka keluar Kos. Jalanan yang dulu berseliweran oleh angkot kuning kini tak begitu ramai lagi, mamang2 becak yg dulu mangkal di sisi2 jalan tak terlihat lagi, mahasiswa sekarang kebanyakan bawa kendaraan sendiri, terlihat dari kos-kosan sekarang yang wajib dilengkapi garasi. Timbangan dulu di sore hari, dipenuhi oleh anak2 kos yang bosan berdiam diri di Kos yang sumpek, berjejal menyelesaikan tugas kuliah di rental2 komputer yang selalu ramai dikunjungi. Komputer saat itu masih barang langka untuk dimiliki sendiri. Mengantri di wartel Trifika untuk menelpon keluarga perihal uang bulanan, Mampir membeli es puter yang saya lupa nama nya, tak lupa belanja kebutuh

MERANGKAI PILKADA DENGAN IBADAH

Satu hari menjelang Pilkada, salah satu teman kerja mengadu kalau belum menentukan pilihan siapa yang bakal di coblos sekaligus langsung bertanya “bingung, kira-kira siapa yang bakal kita pilih? 🤣 ”. Tidak heran dan sangat wajar jika kondisi ini juga terjadi bagi semua orang karena kita semua adalah makhluk lemah dan serba terbatas. Lemah dalam pengetahuan, lemah pada inventarisir data, dan analisa. Terbatas akan wawasan dan kemampuan membaca skenario dunia. Kita mudah sekali tergoda ketika dihadapkan pada tubian pencitraan para jawara. Mudah sekali dibuat kagum pada pendapat suatu kaum. Kita akan dibuat lunglai tak berdaya oleh gesitnya strategi tim pemenangan yang sekilas tampak sempurna. Mudah tergelincir saat ditawari iming-iming walaupun itu segelintir dan anyir. Jangankan mereka para kandidat Pilkada, isi hati orang terdekat saja kita tidak mampu menyelaminya.  😔 Berangkat dari kelemahan dan keterbatasan ini, mari kita kembali pada Sang Pencipta, Dia yang maha

Pagi Dempo

Mampir di salah satu penginapan sekitar destinasi wisata. "Selamat pagi kak.. 🙂 ", sapa resepsionis dengan senyum khas. Setengah tekejut ku jawab bae "yo... Pagi jugo dek, (hhmm... karno dipanggil kakak, tepakso dio kito adek ke  😀  ) "Ado kamar kosong Dek ?" Ramah dan senyum2, dio jawab "Banyak kak...  🙂  butuh brpo kamar Kak? Bla...bla...bla... Akhirnya terjadi tragedi saat dio minta identitas. ------------- "Maaf kak, atas namo siapo kak?, alamat samo no hp kakak y jugo kak?" "Oh iyo, namo kakak bae Dek  🙂 " Karno niat nak nolong, langsung bae aku kasih KTP. "Ferry Heryadi kak yo...." "Alamat Indralaya..." Helah nafas panjang, Dak lamo nyebutke Indralaya, sang dara jelita ini langsung besandar dikursinya. "Kamar y di belakang pak, biar satpam yang ngantar Bapak". ---------- Kawan sebelah balik betanyo dg niat nak ngolahke "ngapolah Ferry, tadi dio manggil kau kakak, ujung2 y Bapak  😀

MERANGKAI PILKADA DENGAN IBADAH (2)

Geram melihat perdebatan tak berujung antar pendukung peserta pilkada akhirnya bisa terobati. Begitu haru ketika melihat iring-iringan orang-orang yang dalam tanda kutip selama ini jarang terlihat, hari ini terkumpul di sekitar tenda tempat penyaluran suara. Sepintas sempat mengingat, sekarang berapa Syawalnya  🤔 karena mereka rata-rata memakai busana terbaiknya.  😁 Bahkan pasca mewarnai ujung jari tanda sudah memilih, mereka tidak langsung kembali kerumah tapi otomatis membentuk majelis silaturahim ala kadarnya. Tetap larut dalam canda tawa walaupun tidak ada minuman berwarna dan duduk di kursi mewah.  🤣 Penuh spirit meski tanpa toples-toples cantik apalagi piring kecil berisi lapis legit. 🥞 Tak kalah membuat bibir tersenyum saat melirik petugas KPPS yang dalam tanda kutip boleh dikatakan mungkin terakhir memasukkan bajunya saat masih duduk di bangku sekolah belasan tahun silam  🤣 , hari ini memakai kemeja rapi lengkap dengan dasi yang seksi  😁 Jika selama

GALAU TINGKAT AKHIR

Satu persatu anak didik menghadap sembari bertanya tentang studi lanjutan pasca sekolah menengah atas. Ya, memang suasana ini kerap terjadi di tiap jelang penghujung tahun ajaran kalender pendidikan. Terlihat jelas kegalauan mereka akan prospek dunia kerja dengan selalu berkutat pada pertanyaan klasik akan pilihan program studi, passsing grade, akreditas perguruan tinggi sampai jurusan. Hhmm.... prodi dan akreditasi, memangnya saya ketua BAN-PT atau Dirjen di Kemendikti, atau jangan-jangan mereka anggap saya paranormal nan sakti  😔 Sepintas aku juga memahami apa yang mereka rasakan, suatu kondisi yang penuh tuntutan dan pertanyaan-pertanyaan berawalkan “akankah aku nanti.....” dst. Puas dengarkan deretan asa, akhirnya aku pun buka suara. Wahai Anak Manusia... "ckckck.... nah yang ini lebay gino  😡 " Nak... Kalau sekarang kita coba analisa dunia kerja pasca kuliah tentu akan temukan kegalauan disana, karena prediksi-prediksi itu berangkat dari lemahnya wa