Duduk manis memposisikan diri sebagai
pendengar bijak dalam suatu majelis nonformal. Bercerita bapak-bapak
prihal kejadian beberapa waktu silam di desa tetangga.
Ada seorang warga yang hilang, semua keluarga besarnya panik dan sibuk mencari. Berbagai ala dan media digunakan tak terkecuali melalui perantara dukun.
Ratusan bahkan jutaan rupiah digelontorkan sebagai mahar (uyah sahang) untuk para dukun. Setelah berbagai prosesi ritual berhiaskan jampi-jampi dan benda-benda yang dianggap sakral. Mereka menyimpulkan:
Dukun 1: Si Pulan dibawa oleh makhluk halus (antu banyu)
Keluarga langsung menyiapkan syarat-syarat untuk proses pemanggilan dan penyuapan pada dedengkotnya jin
lalu aku bertanya: "trus makmano hasilnyo mang, dapat wongnyo?", "Alhamdulillah dak dapat", setengah bercanda aku menimpali "Oh... kalu bos jin tu takut dengan KPK mang"
Dukun 2: Si Pulan disembunyikan oleh buaya putih penunggu apalah...
Keluarga jadi panik dan langsung mengiyakan permintaan sang dukun untuk menyiapkan tumbal berupa ayam putih dan lain-lain. Tapi hasilnya juga nihil.
"Nah mang, pacak bae buayo yo tu lah malak makan ayam, coba ke nian enjuk rendang...kalu nian dio nak mecah liur..."
Dukun 3: Si Pulan masih hidup dan dia duduk di bawah pohon trembesi/tembesu (Albizia saman) besar.
"Jadi makmano mang, alangke saronyo. Batang tembesu di dusun kito be lah ratusan, belum di daerah laen",
bapak tadi langsung merespon "Nah.. kato dukun itu batangyo besak, di pinggir banyu (Kacap)", mendengar kata kacap aku langsung berkomentar "Ai mang, makmano pulok dukun tu, benarlah apo, katonyo duduk bawah batang tapi batangnyo dalam banyu.... berarti bukan duduk, si pulan tu berenang".
Bapak-bapak tadi masih melanjutkan cerita tentang dukun ke-4.
"Nah mang... kalu dukun yang sikok ni pakam..."
Dukun 4: Si Pulan masih hidup, dia dilarikan oleh "putri" penunggu pohon dekat dia terakhir kali menghilang.
"Jadi mang, apo lagi kato dukun tu?", "nah... kato dukun tu, si Pulan jangan dicari agek balek dewek, dio dibalekke oleh "Putri" tu tapi nunggu 40 hari", masih setengah bercanda aku menimpali "haha... lemak jugo si Pulan, berarti dang mak ini ari dio lagi bulan madu , cacam.... ado-ado bae"
Jam sudah hampir 12 malam tapi bapak-bapak tadi masih panjang bercerita.
"Terakhir keluarga si Pulan pegi ke dukun lagi (di salah satu desa di kabupaten tetangga)",
mendengar dukun lagi, mata yang sahyu langsung segar "Oi mang, masih ado dukun lagi... cacam... alangke banyak lokak dukun-dukun sekarang, makmano nak pilihan legistatif agek, pacak tambah lapang galo.
Jadi makmano mang cerito yo".
"Kato dukun tu, si Pulan sudah meninggal. Dio mati diracun kawannyo dewek". Aku dak berani lagi berkomentar karena dengar kata meninggal, takut ada yang tersinggung.
Singkat cerita, akhirnya si Pulan pulang, sehat wal afiyat tanpa cacat sedikitpun.
Ditanya oleh keluarganya, "kau ni kemano bae nak, wong saro galo nyari kau?", sang anak langsung menjawab "Aku ke rumah si A (masih keluarga, rumahnya memang terpencil dan tidak ada sinyal)", mendengar jawaban tadi, keluarganya langsung mengeluarkan sumpah serapah dan mendoakan yang tidak baik
"Ai macet galo tayangan dukun-dukun tu, keno kelakari bae kito, dan seterusnya.....dan seterusnya".
_______________
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 153)
'Barangsiapa yang mendatangi kahin (dukun) dan membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam." (HR. Abu Daud).
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang sabar dalam menyikapi segala sesuatu dan dapat terhindar dari kepanikan yang hanya akan berujung pada kekufuran. Aminn.
Ada seorang warga yang hilang, semua keluarga besarnya panik dan sibuk mencari. Berbagai ala dan media digunakan tak terkecuali melalui perantara dukun.
Ratusan bahkan jutaan rupiah digelontorkan sebagai mahar (uyah sahang) untuk para dukun. Setelah berbagai prosesi ritual berhiaskan jampi-jampi dan benda-benda yang dianggap sakral. Mereka menyimpulkan:
Dukun 1: Si Pulan dibawa oleh makhluk halus (antu banyu)
Keluarga langsung menyiapkan syarat-syarat untuk proses pemanggilan dan penyuapan pada dedengkotnya jin
lalu aku bertanya: "trus makmano hasilnyo mang, dapat wongnyo?", "Alhamdulillah dak dapat", setengah bercanda aku menimpali "Oh... kalu bos jin tu takut dengan KPK mang"
Dukun 2: Si Pulan disembunyikan oleh buaya putih penunggu apalah...
Keluarga jadi panik dan langsung mengiyakan permintaan sang dukun untuk menyiapkan tumbal berupa ayam putih dan lain-lain. Tapi hasilnya juga nihil.
"Nah mang, pacak bae buayo yo tu lah malak makan ayam, coba ke nian enjuk rendang...kalu nian dio nak mecah liur..."
Dukun 3: Si Pulan masih hidup dan dia duduk di bawah pohon trembesi/tembesu (Albizia saman) besar.
"Jadi makmano mang, alangke saronyo. Batang tembesu di dusun kito be lah ratusan, belum di daerah laen",
bapak tadi langsung merespon "Nah.. kato dukun itu batangyo besak, di pinggir banyu (Kacap)", mendengar kata kacap aku langsung berkomentar "Ai mang, makmano pulok dukun tu, benarlah apo, katonyo duduk bawah batang tapi batangnyo dalam banyu.... berarti bukan duduk, si pulan tu berenang".
Bapak-bapak tadi masih melanjutkan cerita tentang dukun ke-4.
"Nah mang... kalu dukun yang sikok ni pakam..."
Dukun 4: Si Pulan masih hidup, dia dilarikan oleh "putri" penunggu pohon dekat dia terakhir kali menghilang.
"Jadi mang, apo lagi kato dukun tu?", "nah... kato dukun tu, si Pulan jangan dicari agek balek dewek, dio dibalekke oleh "Putri" tu tapi nunggu 40 hari", masih setengah bercanda aku menimpali "haha... lemak jugo si Pulan, berarti dang mak ini ari dio lagi bulan madu , cacam.... ado-ado bae"
Jam sudah hampir 12 malam tapi bapak-bapak tadi masih panjang bercerita.
"Terakhir keluarga si Pulan pegi ke dukun lagi (di salah satu desa di kabupaten tetangga)",
mendengar dukun lagi, mata yang sahyu langsung segar "Oi mang, masih ado dukun lagi... cacam... alangke banyak lokak dukun-dukun sekarang, makmano nak pilihan legistatif agek, pacak tambah lapang galo.
Jadi makmano mang cerito yo".
"Kato dukun tu, si Pulan sudah meninggal. Dio mati diracun kawannyo dewek". Aku dak berani lagi berkomentar karena dengar kata meninggal, takut ada yang tersinggung.
Singkat cerita, akhirnya si Pulan pulang, sehat wal afiyat tanpa cacat sedikitpun.
Ditanya oleh keluarganya, "kau ni kemano bae nak, wong saro galo nyari kau?", sang anak langsung menjawab "Aku ke rumah si A (masih keluarga, rumahnya memang terpencil dan tidak ada sinyal)", mendengar jawaban tadi, keluarganya langsung mengeluarkan sumpah serapah dan mendoakan yang tidak baik
"Ai macet galo tayangan dukun-dukun tu, keno kelakari bae kito, dan seterusnya.....dan seterusnya".
_______________
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 153)
'Barangsiapa yang mendatangi kahin (dukun) dan membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam." (HR. Abu Daud).
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang sabar dalam menyikapi segala sesuatu dan dapat terhindar dari kepanikan yang hanya akan berujung pada kekufuran. Aminn.
Komentar
Posting Komentar