Minggu, 03 November 2019

Ustad Abdul Somad dan Keikhlasannya

Tak disangka akhirnya bisa melihat, mendengar dan merasakan kehadiran penceramah kondang ustad. Abdul Somad. Ulama yang cukup viral dan semakin trending topic disaat jelang pilpres 2019.

Cukup lama memperhatikan, apa yang membuat ustad satu ini begitu terkenal di dalam maupun luar negeri. Sangkin tersohornya malah ada beberapa tempat yang memutuskan untuk menolak kehadiran beliau, hhmm… mungkin ada segelintir orang yang merasa terusik dengan materi ceramahnya yang polos, menggigit dan apa adanya.

Tabligh akbar di pesantren Al-Ittifaqiah bersama ustad yang biasa disapa dengan UAS ini menjadikan momen langka yang tidak saya sia-siakan. Jauh beberapa hari sebelumnya, sesekali saya buka artikel yang membahas UAS dan tonton beberapa video ceramahnya.

Kesempatan berjumpa ini secara tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terbangun selama ini. Walaupun bertugas sebagai salah satu kepanitiaan, tetapi demi menjawab rasa penasaran, saya paksakan untuk memperhatikan mulai dari penampilan secara kasat mata sampai pada isi materi ceramah.

Rasa penasaran mengapa ustad satu ini dianggap figur dan selalu dijadikan rujukan semakin membuatku terus gali apa yang istimewa dari dirinya.

Tampilan yang sederhana sempat membuat mata ini kagum, seorang ustad yang digadang-gadang menjadi calon wakil presiden tetapi memakai pakaian yang begitu biasa. Tidak seperti ulama-ulama yang biasa nongol di TV lainnya.

Yang membuat tak kalah kagum juga saat beliau naik ke atas panggung. Walaupun disambut beberapa tokoh agama, masyarakat dan unsur pemerintah tetapi beliau tidak menunjukkan kalau seorang yang paling ditunggu kehadirannya, bahkan beberapa kali beliau mencium tangan orang yang lebih tua darinya dan berjalan pelan sedikit membungkuk.

Sambil melayani tamu yang berada di seputaran UAS, tiap detik saya upayakan untuk tidak luput memperhatikan langkah sampai mimik wajah.

Berpenampilan polos apa adanya, memakai baju batik yang saya taksir paling bandrolnya dibawah 500 rb dan celana yang kisaran harganya cuma 300 rb, begitu jauh jika kita bandingkan dengan artis-artis yang mengedepankan branded.

Tibalah waktu ia berceramah, tidak jauh beda dengan apa yang sudah saya tonton di tiap videonya, bersuara lantang, bicara ceplas-ceplos dan sedikit bercanda membuat para penghadir lupa dengan panasnya terik matahari dan suasana berdesakan.

Sesekali menyentil tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh dalam pemangku kebijakan agar memihak pada kaum tertindas dan menolong agama Allah yang mungkin memerahkan telinga bagi sebagian pejabat.

Sesaat setelah makan siang, saya berkesempatan untuk duduk disamping beliau, tanpa  banyak bicara saya merasakan hal yang berbeda. Cukup terkejut ketika bersalaman, terdengar pelan beliau mengucapkan barakallah …. dst. Sebuah ungkapan yang tak dapat dihargai dengan intan permata.

Tak lama berselang barulah saya sadari kalau keikhlasan beliaulah yang membuat umat kagum padanya. Bukan dari banyaknya follower medsos atau pakaian yang mewah nan branded. Bukan pula dari materi ceramah yang ilmiah, atau juga bukan dari postur tubuh yang kekar berwibawa tetapi hanya satu saja yaitu ikhlas berjuang di jalan-Nya.

Selamat berjuang saudaraku, semoga Allah swt mempermudah segala urusanmu bermujahadah, berdakwah dan menolong agama Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Enam Tahun Kemudian...

Waktu berlari tanpa kompromi, meninggalkan jejak yang tak selalu kasat, namun terasa di relung hati. Enam tahun mungkin terdengar singkat, t...