Baiklah saya juga akan menjawab tantangan tantangan siapa ya?
Dari Jendela SMP Ku...
Pagi itu langit mendung, tapi tak menyurutkan langkah ku untuk pergi ke sekolah, beberapa anak berseragam putih biru tegak bergerombol di depan gapura desa, Dengan tujuan sama. Menunggu angkutan umum.
Kuhampiri beberapa teman ku yang duluan berdiri disana. Kami larut dalam obrolan yang itu2 saja tapi anehnya tak ada kebosanan.
Beberapa angkutan mulai lewat, tapi sudah penuh sesak oleh anak2 sekolah dari desa sebelumnya. Kami putuskan untuk menunggu angkutan lain. Angkutan kedua, tiga dan seterusnya masih juga tampak penuh ditambah hari mulai beranjak siang, saingan bukan hanya dari sesama pelajar tapi juga ibu2 yang akan berangkat ke pasar.
Wajah kami mulai cemas, takut terlambat. Terbayang wajah kepala sekolah kami yang tidak bersahabat melihat murid2 nya datang terlambat.
Syukurlah akhirnya ada sebuah mobil angkutan yang datang terseok- seok dari arah kejauhan. Selain oleh beban penumpang, umur mobil yang sudah tua semakin menambah lamban laju sang mobil.
Kulirik sekilas arloji ku, masih ada waktu 15 menit lagi. Mudah2an si mobil mendapat kekuatan untuk bisa mengantar kami tepat waktu.
Mobil berhenti tepat di tengah2. Ada sekitar 10 anak termasuk kami yang dengan tergesa naik. Beberapa anak laki2 memutuskan untuk berdiri bergantung di belakang mobil, memberi kesempatan anak2 perempuan untuk duduk di dalam.
Berdiri bergantung di belakang mobil bahkan naik atap mobil adalah hal yang biasa di pedesaan. Berbahaya? Pasti, tapi setauku jarang terjadi hal2 buruk pada teman2 ku.
Hey, jangan membayangkan bentuk mobil angkutan kami seperti carry atau mobil tertutup lainnya ya... Mobil angkutan kami adalah mobil L300 dengan bak beratap dan terbuka dibagian belakang, disanalah tempat bergelantungan...kadang sampai 10 orang bahkan lebih yang berdiri di sana.
Shiiit....mobil berhenti dengan susah payah tepat di depan gerbang sekolah kami. Kusodorkan lembaran 100 perak merah ongkos kami kala itu pada kernet. Kami bergegas menyebrang. Terdengar teriakan si kernet pada sopir " lajuuuuuu...."
Pertanda pada pak sopir untuk segera meneruskan perjalanan.
Syukurlah, kami tidak terlambat. Tapi kulihat teman2 sudah mulai berbaris di depan kelas masing2 bersiap masuk kelas.
Kelasku berada di pinggir sebelah kanan sekolah. Kelas 1 B. Bangku ku di deret depan ujung tepat di depan meja guru. Kata orang bangku yang paling dihindari oleh siapapun. Tapi karena aku agak malas berebutan, bangku itulah yang aku pilih.
Teman sebangku ku bernama Yuki. Gadis baik, rame, manja agak jauh berbeda dengan sifat ku yang kata orang pendiam dan kalem. Tapi perbedaan kami tidak menghalangi pertemanan yang kami jalani.
Bunyi sepatu pantofel terdengar jelas dari luar, ku buka jadwal pelajaran pertama. Biologi, bau parfum menyengat memenuhi seluruh ruang kelas, bersamaan dengan datangnya sosok tinggi besar dengan suara khas, Pak
Poltak Simanjuntak
nama nya... Kami biasa memanggilnya Pak Poltak. Dari luar terlihat sangar, tapi ketika sudah bicara dan menerangkan pelajaran tampak sangat ramah dan sedikit melankolis (sstt.... part ini harus dibuat sebaik mungkin, karena yang bersangkutan sedang membaca)... Tobe continued ya...
Mom harus masak dulu tuk 3 bocil nya...
Thanks for reading...
Special to my old friends...just wait for your part....
Komentar
Posting Komentar