Sabtu, 28 November 2020

Pesan Tuhan Dalam Foto Kenangan

Ada yang bilang, untuk apa kamu banyak tulis sedangkan belum tentu satu atau dua orang yang baca?, hehehe pertanyaan klasik dan terpaksa dijawab dengan jawaban klasik pula.

Ok, kita mulai dari huruf A saja sesuai dengan alphabet …. Oooppsss….

Kita mulai dari Basmalah biar berkah.

Untuk apa menulis toh ngak ada yang baca, dan kalaupun ada terus apa pengaruhnya?

Iya memang benar, kalau kita lihat dari sisi itu tetapi menulis adalah sebuah seni yang tercantum didalamnya banyak segmen. Saat ingin memulai menulis tentu kita akan sempat terhenyu, bingung bahkan linglung mau tulis apa. Ya itulah seninya.

Ketika mulai satu bait, keadaan yang sama pasti menghampiri. Ya itulah seninya, sama seperti Deidara yang mengganggap ledakan adalah seni yang indah. Sementara kebanyakan orang menjudge negatif.

Jadi intinya untuk apa menulis, jawab saja bukan untuk apa-apa.

Contohnya hari ini tak sengaja membuka album foto lama, hhhmmmm…. Album virtual di dalam google drive J.

Tiap momen yang dijepret, gambarkan perjalanan waktu sekaligus ukir sejarah. Karir, cita, cinta, pertemanan, bahkan sampai pada prinsip hidup.

Saat memandangnya, ada yang membuat kerutan 3 lapis di kening, kadang membuat tersengih, ada juga membawa ke dimensi sedih, tawa dan masih banyak lagi yang tak dapat dinarasikan.

Ya, begitulah sejarah yang melukiskan cerita dalam sebuah foto.

Detik menjadi menit, menit terkalkulasi menjadi jam.

Bolak-balik dari folder satu ke folder lainnya, Astagfirullahaladzim, baru sadar, saya bukan melihat deretan foto usang, melainkan sebuah karunia tak terhingga dari sang pencipta. Tak terhingga dan tak terhingga.

Bisa melihat foto-foto ini pun adalah nikmat luar biasa, nikmat hidup, nikmat sehat dan banyak lagi.

Jadi malu dengan keadaan sekarang yang banyak meninggalkan ibadah, meremehkan dzikir dan doa. Melambatkan shalat, tak pandai menjaga hati dan masih banyak lagi L

Akan tetapi nikmatMu tetap diturunkan kepada insan yang berpeluh dosa ini.

“maka, nikmat yang mana lagi yang kau dustakan”.

Astagfirullahaladzim. Memang akhir-akhir ini terasa begitu jauh dariNya. Alhamdulillah wasyukurillah, puji syukur kepadaMu ya Rabb, telah mengingatkan melalui sebuah foto kenangan.

Alhamdulillah.

Alhamdulillah.

Alhamdulillah.


________________

Maaf, walaupun sekedar bukukan pengalaman pribadi, semoga menjadi pengingat bagi kita semua.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Enam Tahun Kemudian...

Waktu berlari tanpa kompromi, meninggalkan jejak yang tak selalu kasat, namun terasa di relung hati. Enam tahun mungkin terdengar singkat, t...