Langsung ke konten utama

mencoba menanggapi opini Sumeks "Kebangkitan versus Bad News" oleh Sirikit Syah (Dosen Stikosa dan Analis Media)


Sudah tak asing lagi tiap tanggal 20 Mei bangsa ini memperingati hari Kebangkitan Nasional. Ketika kita kilas balik sejarah perjuangan pembentukan bangsa ini, memang berbagai elemen tak mau hanya duduk manis, dengan ikhlas pemuda-pemuda Indonesia bersatu, para bangsawan, priyai, ulama dan tokoh masyarakat, bahkan rakyat kecilpun ikhlas berjuang.

Sekarang, potret bangsa ini nampaknya dikotori oleh berbagai headline yang buruk (Bad News is Good News). Tanpa tengok kanan-kiri media terus menggencarkan pemberitaan Geng motor, seks bebas, korupsi, suap dan pencucian uang dll.

Begitu dahsyatnya pemberitaan ini, sehingga menutupi pemberitaan prestasi pemuda dan bangsa. Satu sisi kita tidak bisa semata-mata menyalahkan media, walaupun mereka berperan sebagai watch, participate, enable and have the power, akan tetapi mereka juga adalah badan usaha yang memiliki marketing. Mari kita pusatkan pandangan kita bukan hanya sebatas permukaannya saja, dibalik media massa, kenakalan pelajar, pejabat yang tersandung kasus KKN, dan pencucian uang terdapat person-person yang sedang atau telah menempuh sistem pendidikan.

Menurut H. Horne; Pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia. Menurut KI Hajar Dewantara ; Pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan lingkungannya. Sedangkan Tujuan pendidikan itu sendiri memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan.

Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Dalam renungan kebangkitan nasional alangkah indahnya kalau kita renungkan akar permasalahannya yang salah satunnya terletak pada sistem pendidikan bangsa ini.

Mengapa ada kenakalan remaja? sudah benarkah sistem pendidikan yang diterapkan?. Mengapa ada pejabat yang tidak amanah? sudah tercapaikan tujuan dari pendidikan itu sendiri?. Sudah ikhlaskah para guru dalam bermujahadah? dan lain sebagainya. Sistem pendidikan tidak hanya melibatkan satu atau dua elemen saja. Pemerintah, masyarakat, tenaga pendidik, dan stake holder yang lain juga wajib bertanggungjawab akan ketercapaian tujuan luhur dunia pendidikan.

Menyikapi bagaimana prediksi bangsa Indonesia pada tahun emasnya 2045 mendatang, Prof. M. Sirozi, Ph.D. dalam tulisannya menyebutkan "Apa yang terjadi hari ini dalam sistem pendidikan satu bangsa mencerminkan apa yang akan terjadi pada bangsa tersebut di masa yang akan datang".

____________________
Semoga bermanfaat dan salam takzim ^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Togel dari Kacamata Probabilitas

Sudah tak asing lagi telinga ini mendengar percakapan orang-orang di sekaliling membahas judi angka (Togel), lama-lama aku jadi penasaran dan akhirnya memberanikan diri tuk bertanya cara atau aturan main serta berapa hadiah yang didapatkan. Tanpa ragu bahkan semangat 45 (heheh kin terlalu lebay kosakatanya) teman tadi panjang lebar menjelaskan. "Kita tinggal memasang 2, 3, atau 4 angka, jadi misalnyo keluar 2 angko, kito dapat hadiah duit Rp. 60.000,- dipotong pajak" masih juga belum jelas, akupun bertanya lagi, "pernah dak yang keluar tu angko dobel", lalu dijawabnya "biso bae, malah kadang angko minggu kemaren biso keluar lagi". Alhamdlh setelah mendengar jawaban tadi aku mulai sedikit banyak dapat data (deret angka 0 - 9, dicari kemungkinan muncul pasangan 2, 3 dan 4 angka dan boleh berulang. 2 angko dapat 60.000). Selama perjalan pulang, aku teringat dengan pelajaran waktu SMA dulu tentang bab peluang walau saat itu saya termasuk

Benarkah Logika Tanpa Logistik Akhirnya Pasti Anarkis?

Istilah mirip-mirip di atas sepertinya lumrah kita dengar, entah sebagai ungkapan yang menggambarkan kekecewaaan karena tertolaknya anggaran atau ketika terjadi stagnan karena dipengaruhi kecemburuan social. Mari kita urut satu persatu   smile emotikon . Kalau menurut Wikipedia, logika berasal dari bahaya Yunani (Logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam Bahasa. Tapi biar lebih seru bisa kita modifikasi dikit deh  smile emotikon , logika adakah hasil pikiran yang digambarkan pada kata dan perbuatan. Terus gimana dengan logistik?, logistik bisa kita artikan dengan materi seperti dana, fasilitas, infrastruktur, dan lain sebagainya tidak terkecuali unsur-unsur immaterial lainnya. Terakhir anarkis, kalau kata ini sih pasti lancar dan fasih diucapkan oleh pejabat dan penegak hukum. Anarkis bisa kita artikan sebagai perbuatan tanpa dipimpin dan terpimpin yang berdampak negatif dan bersinggungan dengan norma serta tata atur

Jodoh

Suatu pagi, datanglah salah satu sahabatku yang menceritakan perjalanan jodohnya, walau ia bercerita sambil tersenyum dan sesekali tertawa, namun terlihat jelas rasa risau dan kegalauannya. Sahabatku, Jan gan berputus asa dan Nyakinlah akan ketetapanNya . "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir" (Ar Rum 21). dan, semoga syair lagu ini bisa sedikit mengobati rasa galau dan menjadi stimulan dalam pencarian : Bunga tidak sekuntum di dalam taman Kumbang tidak seekor yang akan datang Dunia tidak sebesar telapak tangan Janganlah kau risau tak dapat pasangan Angin segar bertiup pagi dan petang Jodoh pasti bertemu setiap insan Tak usah kau bersedih, kesal dan bimbang Pasti suatu hari jodoh akan dat